2024 Tahun Pilkada yang Mengerikan: Fenomena KO Sebelum Bertanding

by -1,595 views
ilustrasi pilkada 2024
Ilustrasi pojok Pilkada 2024. (reaktifnews.com)

Tahun 2024 menjadi tahun Pilkada yang mengerikan. Bahkan dalam filsafat hukum ada  istilah untuk menggambarkan hal tersebut yakni “annus horribilis” atau tahun yang mengerikan. Ungkapan annus horribilis ini sebenarnya menggambarkan situasi ketika Gereja Katolik Roma pada saat itu mendefinisikan dogma infalibilitas kepausan yang terjadi pada tahun 1870.

Kembali, jika ditelusuri soal esensi dari pelaksanaan Pilkada 2024 mendatang, bukankah sepantasnya menjadi tahun yang indah bagi seluruh rakyat alias “annus mirabilis”. Dimana Pilkada 2024 adalah titik lontar dari sebuah keinginan rakyat untuk memulai masa depan baru dengan memilih pemimpin daerah yang harusnya lebih baik dibanding pemimpin yang ada sebelumnya.

Begitupun kaitannya dengan hasrat berkuasa yang dimiliki oleh setiap individu, terlebih oleh para bakal calon dalam ajang Pilkada serentak pada 27 November 2024 mendatang juga merupakan suatu hal yang lumrah.

Justru akan memuakkan, jika hasrat berkuasa para individu itu kian terang benderang berkontestasi bersama partai-partai koalisinya hanya untuk merebut syarat prosedural berdemokrasi semata. Lantas memupuskan harapan cikal bakal calon lainnya untuk turut serta berkontestasi dalam iklim Pilkada yang sudah seharusnya menjadi wahana demokrasi riang gembira bagi seluruh lapisan masyarakatnya.

Bukankah Pilkada 2024 mendatang, sejatinya mekanisme menyaring pemimpin terbaik, bahkan sebagai media dalam membatasi kekuasaan sebelumnya. Lantas, kenapa yang terjadi saat ini hanya untuk menyuburkan kultus individu semata dan melupakan pendidikan politik yang dapat menjaga akal sehat serta kritisisme orang ramai.

Masyarakat pun kemudian dibuai–untuk tidak mengatakan dimanipulasi–oleh pencitraan dan kebijakan sesaat dari figur calon dengan memanfaatkan kesulitan ekonomi dan menyempitnya ruang dari masyarakat sipil.

Akhirnya, publik dipaksa bersikap pragmatis dan “menerima” sekedar calon pemimpin yang populis walau pada kenyataannya belum mumpuni atau bahkan “terpaksa” memilih calon pemimpin yang tabiat serta modelnya sekedar itu-itu saja.

Tak mengherankan jika saat awal-awal, banyak figur di Pilkada kita misalnya, yang bermunculan akan maju pada Pilwakot Singkawang pada 27 November dengan mulai mendaftar serta menjalin komunikasi ke partai. Seiring kehadiran baliho-baliho mereka yang “menjajah” tiap ruang kota Singkawang, namun perlahan lenyap dari peredaran dan hanya tersisa potret kemesraan dari pasangan yang dari dulu memang itu-itu saja.

Inilah sinyal, bahwa dari sekian banyak bakal calon dengan wajah baru tadi akhirnya memilih “lempar handuk” kemudian  kalah sebelum bertanding alias gugur sebelum berperang.

Bahkan potret di daerah lain lebih serius dan tragis, tidak sedikit para calon yang awalnya muncul itu kemudian kandas sebelum berkompetisi akibat terjerembab oleh kasus hukum–selain sinyal adanya turbolensi dari beberapa partai politik di level pusat.

Maka dapat dipastikan, siapa pun pemenang Pilkada 2024 mendatang, para kera demokrasi di level-level daerah ini nantinya akan tanpa malu berlompatan dari pohon kekuasaan ke pohon kekuasaan lain.

Sampai titik ini, kita mesti bersiap: 2024 dan setelahnya menjadi annus horribilis bagi daerah, yang boleh jadi lebih mencekam sekaligus memuakkan rakyat. (TIM-RN)

Editor: Topan
Sumber: newsroom reaktifnews.com

No More Posts Available.

No more pages to load.