63% Wilayah Indonesia Sudah Masuk Musim Kemarau Lebih Panjang

by -897 views
Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) secara hybrid.
FOTO: Acara di Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang digelar secara hybrid bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika dan BMKG, Senin (31/7).

Singkawang, REAKTIFNEWS.com

Indonesia bersiap menghadapi dampak fenomena El Nino yang mengakibatkan musim kemarau lebih panjang dari biasanya. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) A. Fachri Rajab pada acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang digelar secara hybrid bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (31/7).

“Di Indonesia, El Nino memberikan dampak pada kondisi lebih kering sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat,” kata Fachri dalam acara bertajuk ‘Waspadai Dampak El Nino”.

Pemantauan 10 hari terakhir Juli 2023, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan nilai sebesar +1.14 yang mengindikasikan bahwa El Nino terus menguat intensitasnya sejak awal Juli. BMKG memprediksi puncak dampak El Nino akan terjadi pada Agustus-September 2023 mendatang.

Hasil monitoring hingga pertengahan Juli 2023, sebanyak 63% dari zona musim telah memasuki musim kemarau. BMKG memprediksi kemarau tahun ini akan lebih kering dari normalnya-dan juga lebih kering dari tiga tahun sebelumnya.

Beberapa daerah yang akan terdampak cukup kuat adalah sebagian besar wilayah Sumatera seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung. Seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara diprediksi memiliki curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami musim kering yang ekstrem.

Prakiraan curah hujan bulanan BMKG menunjukkan bahwa sebagai besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan kategori rendah bahkan sebagian lainnya akan mengalami kondisi tanpa hujan sama sekali hingga Oktober nanti. “Jadi harus tetap waspada akan potensi terjadinya kekeringan,” kata Fachri.

Adapun sektor yang paling terdampak dari fenomena El Nino adalah sektor pertanian-utamanya tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. Rendahnya curah hujan tentunya akan mengakibatkan lahan pertanian kekeringan dan dikhawatirkan akan mengalami gagal panen.

Oleh karenanya, BMKG mendorong pemerintah daerah-khususnya bagi daerah yang diprediksi terdampak serius-untuk melakukan langkah mitigasi dan aksi kesiapsiagaan secepat mungkin. Caranya, melakukan gerakan panen hujan, memasifkan gerakan hemat air, dan menyiapkan tempat cadangan air untuk puncak kemarau.

Kepala Badan Pangan Nasional (BAPANAS) Arif Prasetyo Adi berujar kondisi kemarau panjang harus diantisipasi dengan ketahanan pangan komoditas utama. Saat ini Indonesia melalui Perum BULOG telah memiliki stok beras sebanyak 800 ribu ton dan akan ditingkatkan mencapai 2,24 juta ton hingga akhir Desember 2023.

“Sumbernya pertama harus mengutamakan produksi dalam negeri. Kita harus jaga harga ditingkat petani supaya baik dan di hilir inflasinya terjaga karena akan berpengaruh pada daya beli masyarakat,” kata Arif.

BAPANAS juga akan memberikan bantuan beras kepada masyarakat yang nantinya mengalami dampak langsung El Nino. Caranya dengan memberikan bantuan berupa beras seberat 10 kilogram/bulan pada tiga bulan terakhir tahun ini. Bantuan itu rencananya akan diberikan kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM).

Selain beras, komoditas lain seperti daging ayam, daging kerbau, dan daging sapi juga akan disimpan dalam ruang penyimpanan yang dilengkapi oleh pendingin. Arif mengusahakan kebutuhan sebesar 700 ribu ton daging bisa tersedia dengan baik.

“Gerakan pangan murah dilakukan setiap saat. (Nantinya) juga akan dilakukan pemindahan stok pangan dari daerah surplus ke daerah defisit pangan,” kata Arif.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Suharyanto menjelaskan BNPB telah menyiapkan dua langkah untuk menghadapi kekeringan akibat El Nino. Pertama, mengimbau daerah untuk memastikan ketersediaan air di wilayah-khususnya di daerah yang diprediksi akan mengalami kekeringan cukup signifikan.

Mitigasi yang dilakukan ialah memastikan ketersediaan air dengan cara menampung air hujan yang saat ini masih terjadi. Pun, BNPB bekerjasama dengan BMKG dan BRIN juga telah melakukan rekayasa menurunkan hujan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengairi danau, embung, sungai, dan sumur.

“Kami juga membuat sumur bor baru sehingga apabila kekeringan datang dengan lebih besar dan dahsyat air ini bisa digunakan masyarakat,” kata Suharyanto.

Langkah kedua, mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). BNPB telah melakukan apel kesiapan dan kesiapsiagaan di enam provinsi prioritas rawan karhutla seperti Sumsel, riau, Jambi, Kalbar, Kalsel, dan Kalteng. Saat ini pasukan darat sudah melakukan kesiapsiagaan dan pembaharuan alat untuk melakukan operasi pemadaman.

“Jika kebakaran membesar, BNPB sudah menyiapkan 31 unit helikopter untuk melakukan water bombing,” kata Suharyanto.

Terakhir, dampak El Nino tidaklah main-main dan tentunya BMKG tidak bisa bekerja sendirian. Dibutuhkan kerjasama antar stakeholder baik kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk saling berperan dan bergandeng tangan untuk meminimalisir dampak dari fenomena kekeringan akibat El Nino tahun ini. (RN/twa)

No More Posts Available.

No more pages to load.