Bosan Langganan Banjir, Hatta: Kami Juga Warga Singkawang dan Berhak Dapat Keadilan

by -1,800 views
mendadak gortong royong antisipasi takut kebanjiran
Masyarakat bersama komunitas PA Paralesta Singkawang gotong royong antisipasi banjir, (Kamis, 23/11/2023). Foto: Istmewa.

Singkawang, REAKTIFNEWS.COM

Kelompok pegiat lingkungan yang menamakan PA Paralesta Singkawang melalui Atha Athar Yudhistira selaku pembina mengatakan agar pihak Pemkot kota Singkawang dan OPD terkait bisa benar-benar mengatensi dampak banjir yang dirasakan warga kurun 2 tahun terakhir setiap musim hujan tiba.

“Kami juga warga Singkawang yang berhak mendapat keadilan. Kami berhak menikmati apa yang disebut sebagai solusi nyata yang hebat dan tepat seperti slogan Singkawang Maju atau Singkawang Hebat. Harusnya mutu, kinerja, penataan serta langkah penanganan banjir dan mitigasinya pun harus hebat, tepat dan nyata,” tutur pria yang kerap disapa Hatta melalui rilisnya, Senin (4/12/2023).

“Agar kami warga kota Singkawang tidak selalu mendapatkan dan merasakan dampak banjir Singkawang yang sama tahun ke tahun,” jelasnya lagi.

Lanjutnya, komunitas PA Paralesta Singkawang mestipun dengan jumlah terbatas, beberapa hari lalu (Kamis, 23/11/2023) telah melakukan upaya antisipasi luapan air akibat curah hujan yang mulai melanda kota Singkawang khususnya di kawasan Jalan Gunung Sari Kelurahan Pasiran, Kecamatan Singkawang Barat dan sekitarnya dengan bergotong-royong.

Meskipun terkesan mendadak, kegiatan itu diketahui turut diinisiasi ketua RT bersama warga yang kemudian turut melibatkan PA Paralesta Singkawang.

Tidak semata sampah anorganik, diakui Hatta juga bahwa parit-parit ditumbuhi tumbuhan gulma mulai dari genjer, enceng gondok juga keladi yang menutupi luasan parit dan saluran.

“Meski terkesan dadakan, setelah kita cek dan kemudian kita bersihkan beberapa titik saluran parit sekunder yang ada di lingkungan rukun tetangga ini. Fokusnya memang bersih-bersih parit tersumbat,” jelas Hatta.

Hatta yang merupakan alumni SMA Negeri 2 Singkawang ini juga menyebut beberapa titik lain seperti di jalan Gunung Sari RT 54, kondisi parit tampak banyaknya sedimentasi lumayan tinggi.

“Endapan material pasir dan batu itu dari atas bukit. Soalnya sudah dua tahun ini tiap kali hujan lebat pasti terjadi banjir air bah bercampur lumpur tanah kuning pekat. Tepatnya sejak polemik pembangunan dan pembukaan lahan dibagian atas bukit Gunung Sari. Padahal itu kawasan hijau yang hingga kini juga tidak jelas solusi yang real upaya penanganannya atas dampak bencana alamnya yang berakibat kerugian warga yang bermukim dan selalu dilanda kebanjiran ini,” tegasnya.

“Dulu pernah dengar ada bantuan program dari Provinsi dan Kota. Tapi sayang belum maksimal dan mencapai titik nol sumber air bah. Buktinya parit-parit kami masih tertutup endapan, lumpur, batu dan pasir yang terbawa aliran dari atas. Bahkan kalau hujan lebat pasti meluap dan banjirnya sampai masuk ke rumah-rumah warga,” katanya.

Jika kondisi ini tidak diperhatikan oleh Pemkot Singkawang, Hatta tidak dapat menjangkakan sampai kapan warga Gunung Sari mengalami hal tersebut tiap musim penghujan tiba. “Prediksi kami paling kami mengalami banjir dulu baru nanti dikerjakan di waktu yang mepet sehingga tidak akan berjalan maksimal pengerjaannya,” ucapnya.

Untuk itu Hatta mengajak segenap elemen masyarakat menggalakkan gotong-royong membersihkan selokan di lingkungan masing-masing agar tidak tersumbat dan berfungsi dengan baik.

“Ayo kita kembali bumikan lagi gotong-royong. Sebab kalau cuma mengharap dari pemerintah entah kapan baru diperhatikan. Yang ada nanti kita keburu kebanjiran lagi kalau berharap dari pemerintah,” pungkas Hatta. (tw/yd)

No More Posts Available.

No more pages to load.