Singkawang, REAKTIFNEWS.com
Perolehan kursi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di DPRD Kota Singkawang kian merosot. Partai bentukan Presiden kelima Indonesia dengan nama lengkap Dyah Permata Megawati Setiawai Soekarnoputri atau lebih dikenal Megawati Soekarnoputri ini tidak mampu mencapai target mereka saat Pemilu 2019.
Dirangkum reaktifnews.com, Kamis (4/5/2023), perolehan kursi PDI-P setelah KPU Singkawang menetapkan daftar calon tetap anggota DPRD Kota Singkawang pada Pemilu 2019 pada Sabtu (23/2) tahun lalu, PDI-P hanya mampu meraup 5 kursi. Jumlah ini diluar ekspektasi karena perolehan kursi PDI-P di Kota Singkawang pada Pileg sebelumnya (2014-2019) berhasil unggul dengan perolehan 6 kursi di DPRD Singkawang.
Suara PDIP-P terbanyak diperoleh dari dapil Singkawang I (Singkawang Barat). Suara partai banteng moncong putih ini berhasil meloloskan 2 Calegnya di DPRD Singkawang saat itu yakni melalui Sujianto dan Anton Triady. Sementara di Dapil lain PDI-P hanya mampu meloloskan masing-masing 1 Caleg yakni Su Mian di dapil Singkawang Tengah (Singkawang II), Rusdi di Dapil Singkawang Utara (Singkawang 3) dan Lie Khian Loy di Singkawang Selatan (Singkawang 4).
Sejak pemilihan melalui sistem suara terbanyak ditetapkan, kegigihan para calon legislatif ikut yang ada diyakini sangat menentukan hasil akhir perolehan suara partai di setiap daerah pemilihan. Bahkan, semakin tinggi popularitas calon dan semakin positif kualitas Caleg suatu partai di sebuah dapil, maka akan semakin besar pula perolehan elektoral suatu partai di sebuah dapil.
Namun demikian, berkaca pada penurunan perolehan kursi PDIP di Kota Singkawang menjadi sinyal bahwa kontribusi para Caleg dalam menaikkan elektabilitas partainya dirasakan masih sangat minimal.
Hal ini bisa dimaklumi manakala sebagian besar para calon legislatif tidak semata PDI-P, bahkan dari semua partai yang menjadi kontestan pemilu saat ini masih sangat menumpang popularitas pada partainya.
Temuan reaktifnews terhadap 4 Dapil yang ada di Kota Singkawang hingga saat ini setidaknya memotret secara umum hasil akhir dinamika elektoral di daerah pemilihan ternyata masih berkutat dan terikat pilihan pada partai, bukan pilihan pada Caleg. (Top/*)
