Ecoprint, Ketika Keterbatasan bukan Penghalang Warga Kembangkan Produk Kearifan Lokal Singkawang

by -1,589 views
ecoprint singkawang.
Kerajinan ecoprint oleh warga panti lepra Alverno, Desa Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Pakunam,Kelurahan Sijangkung, Kota Singkawang. (DOK/Foto: reaktifnews.com/Rizki Ekraf Kota Singkawang/ Velient/ Arifa/KPKNL Singkawang).

REAKTIFNEWS.COM, Singkawang Kota – Saat salah satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka. Hanya seringkali kita terpaku begitu lama pada pintu yang tertutup sehingga tak melihat yang telah terbuka untuk kita.

Mungkin motivasi tersebut pula yang menjadi penyemangat di tengah keterbatasan dan ketidaksempurnaan warga Panti Lepra Alverno, Desa Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Pakunam, Kelurahan Sijangkung, Kota Singkawang, Kalimantan Barat untuk terus berusaha menghasilkan karya Ecoprint terbaik mereka.

Para penyintas kusta yang umumnya masih menyandang stigma negatif hingga kini, khususnya di Panti Lepra Alverno Sijangkung Kota Singkawang nyatanya semakin berdaya setelah mendapat pendampingan dari salah satu komunitas marginal di Indonesia yakni Sepatokimin Initiative yang kemudian menyusul berdirinya Kampung Berseri Astra dengan dengan beberapa program pemberdayaan masyarakat setempat diantaranya kerajinan kain ecoprint yang sudah berjalan dua tahunan.

Menurut koordinator Komunitas Liposos Pakunam, Agustina, kepada media beberapa waktu lalu menyebut masalah utama para penyintas kusta adalah stigma negatif yang terus disandang walaupun mereka telah sembuh 100 persen dari penyakit kusta.

Pemerintah Kota Singkawang melalui dinas terkait juga hingga saat ini tetap memberikan perhatian kepada warga lokasi dimaksud melalui pendampingan hingga pemberian Jaminan Hidup (Jadup) secara berkala.

Khusus kreasi produk kerajinan ecoprint para penyintas kusta di Liposos Pakunam, Singkawang ini merupakan salah satu produk ekonomi kreatif yang mengambil bahan dari material alam di lingkungan Desa Liposos Pakunam, Keluharahan Sijangkung, Kecamatan Singkawang Selatan.

Proses pembuatannya juga diketahui tidak menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga ramah lingkungan dan tidak berdampak bagi kesehatan para pekerjanya.

Kain ecoprint hasil proses kreatif tersebut kemudian mereka jadikan produk seperti taplak meja atau table runner, baju, tas, masker, dan juga sepatu.

Bahkan yang tak kalah membanggakan, produk sepatu hasil produksi mereka juga sudah dipasarkan melalui salah satu merk atau brand sepatu asli Indonesia yang stylish, berkualitas tinggi, namun terjangkau harganya.

Penjelasan umum tentang ecoprint dari hasil penelusuran REAKTIFNEWS mendapati bahwa ecoprint sebenarnya berbeda dengan batik, meskipun banyak para perajin ecoprint yang menyamakannya dengan batik. Perbedaan ecoprint dengan batik ada pada bahan pembuatan corak atau motif yang digunakan.

Batik adalah kain bergambar atau bermotif yang pembuatannya secara khusus dengan menerapkan malam pada kain. Sementara ecoprint tidak menggunakan malam pada proses pembuatannya.

Munculnya anggapan ecoprint sama dengan batik adalah karena produk yang dihasilkan sama berupa kain bermotif atau bercorak. Jadi tak heran, jika di pasaran orang akan menyebut ecoprint sebagai batik.

Hingga saat ini setidaknya ada dua cara membuat ecoprint. Cara yang pertama adalah dengan teknik pounding, yakni dengan memukul atau mengetuk bahan alami yang digunakan untuk mengeluarkan warna dan coraknya pada kain. Cara yang kedua adalah dengan cara mengukus kain yang sudah ditempeli bahan pewarna dan corak alami. (Retno/Top/rns)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.