REAKTIFNEWS.COM, SINGKAWANG – Jika Anda menjadi kepala daerah, entah gubernur, bupati atau sebagaimana menjadi seorang walikota atau sekelas Pj (walikota sementara) di Singkawang sekalipun pasti dijamin enak!
Anda akan bergelimang dengan berbagai fasilitas. Karena alasan itu pula, pilkada atau pilwako selalu tersaji seru dan bahkan panas. Bahkan untuk sekedar jabatan kepala daerah sementara yang prosesnya ditetapkan oleh pemerintah pusat alias Pj itu pun enak dan tidak luput jadi rebutan.
Sebagai perbandingan, jika mengacu pada Ringkasan APBD Kota Singkawang Tahun Anggaran 2019 dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) saat itu Rp 138.775.300.025 ternyata untuk anggaran belanja makanan dan minuman harian walikota yakni Rp30 miliar. Sementara belanja makanan dan minuman tamu walikota/wakil walikota Singkawang pada tahun itu berkisar Rp1,5 miliar lebih plus belanja makanan dan minuman harian rumah tangga Rp647 juta lebih.
Jika ditotalkan, sekedar buat tiga fasilitas tersebut Rp2,1 miliar lebih per tahun pada 2019 silam.
Tidak cuma itu, enaknya jadi walikota selain memakai kendaraan atau mobil voorrijder alias dengan pengawalan dengan sirine yang meraung-raung jika melintas di jalan raya. Pokoknya dijamin lancar tak kenal macet.
Bahkan si walikota ini diberikan rumah dinas yang layaknya istana. Segala fasilitas dibayar oleh uang rakyat. Mulai dari air minum, makan, beras, sayur, sandal sepatu, baju, tempat tidur, obat nyamuk, bahkan hingga suplemen dan vitamin, semua dibayar dengan uang negara. Tukang cuci, pembantu, tukang kebun, keamanan, tukang listrik, hingga tukang pijat dan kalaupun ada tukang sihirnyapun dibayari dengan uang negara. Beli rokok, beli bensin, beli korek kuping hingga beli softex pun memakai uang rakyat. Semua dibiayai dengan uang rakyat dan itu semua diluar gaji dan tunjangan-tunjangan resmi lainnya. Itu baru menggunakan dana dari mata anggaran biaya rumah tangga saja.
Seorang walikota atau bahkan Pj walikota seperti di kota Singkawang sekalipun memang memperoleh segala kenikmatan yang luar biasa. Ia juga memiliki bawahan yang tinggal menunggu perintah. Ia bisa melakukan apa saja dan bebas pergi kemana saja.
Selain mendapat jabatan terhormat, bergengsi dan tercatat dalam sejarah, juga sangat bergelimang kesenangan dan kemewahan. Semua hidup itu difasilitasi uang rakyat yang melimpah. Bahkan peluang untuk bisa mengeruk uang lalu mengumpulkannya untuk menimbun kekayaan melalui investasi tanah atau bangunan misalnya sangat terbuka kesempatannya, atau bahkan untuk membangun dinasty baru di pemerintahan hingga pada level keluarga juga bisa dilakukan dengan mudah.
Ibarat kata, menjadi walikota itu tidurnya saja dibayar.
Ketika berangkat kerja, iapun mulai berhadapan dengan berbagai kenikmatan. Pakaian gagah dengan Cupu alias “cumbok” sebesar buah jengkol disaku kiri. Mobil dinas mewah mengkilap dikawal polisi Foredjer serta rombongan mobil LLAJ, Pol-PP dan pejabat lainnya. Ia juga akan mendapat perlakuan istimewa dari ajudan yang gagah berani.
Setibanya di kantor, ia akan menikmati nyamannya suasana ruangan kelas super VVIV. AC dingin, TV plasma layar lebar, hingga pelayanan cepat dari para staf yang jalan agak membungguk di hadapannya.
Di luar ruangan telah antri para tamu, pengusaha, kontraktor, para anggota DPRD, wartawan pro pemerintah hingga LSM di ruang tunggu. Mereka datang dengan dua tujuan, yaitu yang mau kasih uang atau yang mau minta uang. Semuanya sangat mudah mengatasinya dengan dana taktis yang juga sudah disediakan.
Dana taktis jumlahnya banyak dan itu sudah masuk dalam anggaran APBD. Namun tak jarang seorang kepala daerah atau level Pj kepala daerah juga telah menyiapkan dana non budgeter yang disisihkan dari dana suap atau uang fee proyek yang diterima dari kontraktor.
Kerja walikota juga enak, di kantor selain menerima tamu adalah menandatangani surat-surat, menyetujui pengucuran dana yang diajukan bawahannya, memanggil dan memarahi para Kepala Dinas, menggelar rapat, membuka suatu acara, dan sedikit ngobrol. Aktivitasnya tersebut juga sudah dikondisikan dengan sangat sempurna oleh “tim pencitraan” agar terkesan bekerja, selalu dekat dengan masyarakat, memahami masalah yang tengah dihadapi dan bahkan terkesan selalu sibuk.
Jika ada acara keluar biasanya berangkat ke luar negeri untuk cari investor, ke Jakarta karena panggilan presiden atau meloby Menteri, Dirjen atau DPR. Dana yang disiapkan untuk sekali berangkat tidaklah kecil. Tiket pesawat termasuk tiket untuk isteri, ajudan dan beberapa pejabat lain yang ikut mendampingi. Belum dana untuk akomodasi hotel mewah, dana transport disana hingga anggaran untuk oleh-oleh pulang. Semua ada anggarannya.
Ketika ada acara kunjungan di daerah atau di kecamatan pun seorang Walikota selalu saja menikmati fasilitas menyenangkan. Dana transport disiapkan, dana untuk bantuan yang akan diserahkan sudah disiapkan dari pos bantuan APBD. Untuk mengantisipasi jika warga minta ini itu, ia cukup mengajak serta kepala dinas terkait. Jika warga minta perbaikan jalan maka ia tinggal menunjuk kepala dinas PUPR saja. Jika warga bertanya tentang pertanian, tinggal perintahkan kepala dinas pertanian. Demikian juga yang lainnya.
Dari anggaran APBD atau APBN yang masuk, biasanya Walikota mendapatkan banyak keuntungan. Tiap proyek, sudah menjadi rahasia umum di lingkungan kontraktor, sedikitnya jatah yang harus disetor untuk pejabat itu adalah 10 persen dari nilai proyek. Bahkan jika proyek empuk dan besar, mintanya bisa lebih dari itu.
Selain dana dari tak resmi seperti itu ada juga dana resmi yang lumayan banyak jumlahnya. Dana Upah Pungut (UP) walikota lumayan besar apalagi jika PAD-nya juga ternyata besar.
Ada lagi uang besar yang masuk mulus ke kantong pejabat tinggi di daerah ini. Misalnya, dari pos berbagai retribusi yang tak jarang juga menjadi ATM besarnya Walikota.
Ada lagi dana dari permainan penerimaan dari periklanan, uang dari perusahaan besar yang melanggar dan mengotori lingkungan, sarta setoran dari penyimpangan dan pungutan lainnya.
Inilah sekilas tentang enaknya jadi Walikota atau sekedar Pj Walikota. Semua berkaitan dengan uang, kekuasaan, kehormatan dan kekayaan.
Namun jika mereka tahu jika diakhirat nanti mereka akan dibakar dalam api neraka, maka rasanya tak akan ada orang yang mau jadi Walikota atau Pj Walikota. Biarlah, nikmati saja duniamu. Inilah surgamu. Jangan harap lagi surga diakhirat sana. Biarlah surga disana untuk kami, rakyat kecil yang selalu dibodohi dan didzalimi. (RN-TIM)
Editor: Topan Wahyudi Asri
Sumber: reaktifnews.com