SADAR atau tidak, pola dan strategi berkampanye para politisi di Kota Singkawang saya lihat selama ini memang cenderung seragam alias monoton.
Bisa dikatakan, hampir semua politisi melakukan strategi yang sama yakni menebar selebaran, memasang spanduk, atau membagikan kaos bergambar sang politisi.
Kemudian pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Singkawang nomor urut 3 Andi Syarif-Yusnita Fitriadi hadir menggebrak strategi kampanye yang membosankan tersebut dengan ide yang sederhana namun kreatif. Pemilihan baju bermotif kotak-kotak adalah sesuatu yang sangat sederhana sekaligus berbeda.
Bahkan, trend kotak-kotak menyiratkan dengan tegas bahwa pasangan calon nomor urut 3 Andi Syarif-Yusnita Fitriadi merupakan sesuatu yang berbeda dengan membawa sebuah gagasan istimewa bagi Singkawang lima tahun mendatang.
Bagaimana tidak, bukankah untuk sekedar mendapatkan baju kotak-kotak, begitu banyak terpajang di kaki lima. Menurut hemat saya, baju kotak-kotak bukanlah motif yang baru, sepanjang hidup saya, motif ini tidak pernah tergeser oleh laju modernisasi motif lainnya.
Disinilah, saya pun melihat adanya satu keunikan yang ditampilkan, dimana tidak ada logo mencolok yang diselipkan dalam pakaian yang mencirikan pribadi pasangan Andi-Yusnita yang tampil sederhana dengan apa adanya, bukan ada apanya.
Disisi lain, memang banyak cara yang bisa dilakukan pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Singkawang yang lainnya untuk menarik simpati warga. Ada paslon yang lebih suka warna “pink” yang mungkin simbol “cinta” dan “kemesraan” keduanya. Tak ketinggalan paslon lain ada yang lebih memilih jaket berikut logo mereka yang mencolok sebagai ikonnya, itu pun menurut saya sah-sah saja!
Apapun itu, soal berpakaian memang cara yang paling mudah untuk mencirikan seseorang dengan yang lainnya. Mungkin bisa jadi, ketiga pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Singkawang tersebut sengaja berpakaian dengan gaya yang berbeda dan itu akan menjadi simbol serta ciri khas mereka tersendiri.
Karena bagi sebagian besar masyarakat Singkawang, dengan hanya mengenal nama dan wajah, mungkin akan sulit. Tapi, bila pakaian dijadikan ciri khas yang ditonjolkan, maka ingatan orang akan tertuju ke sana.
Lantas, pesan apa saja yang terkandung dalam pemakaian kemeja kotak-kotak ala Andi-Yusnita di Pilkada Singkawang kali ini? Untuk menjawab hal tersebut, pastinya kedua paslon inilah yang lebih paham.
Namun, sepengetahuan saya, kemeja yang berbentuk segi empat memang biasa dan sering digunakan oleh semua usia serta simbol yang mudah diingat oleh kalangan masyarakat. Bahkan, jika dikaitkan dengan kemeja kotak-kotak Andi-Yusnita yang dikenakan berwarna garis kuning dan biru tersebut seakan menyatakan sesuai warna partai Golkar beserta koalisi mereka dalam suasana yang rindang.
Alasan lain juga mungkin karena memang dengan mengenakan kemeja kotak-kotak mencirikhaskan pasangan Andi-Yusnita lebih mengedepankan kesantaian dalam bertindak tetapi juga jika terpilih nanti sebagai pemimpin cenderung langsung cepat membaur dengan kondisi masyarakat Singkawang.
Karena memang diketahui pula, kemeja kotak-kotak selama ini merupakan fashion santai bagi seluruh kalangan masyarakat. Laki-laki maupun perempuan bisa memakainya dalam hal apapun yang terkesan mudah dikenal dan diingat oleh seseorang.
Kotak-kotak AY Trend Setter di Pilkada Singkawang
Kotak merupakan kubus berbentuk persegi empat yang memiliki dimensi ruang di dalamnya. Sepertinya jauh-jauh hari paslon Andi-Yusnita sudah merencanakan motif kotak-kotak yang mereka kenakan sebagai trend setter yang bisa dipasarkan pada momen Pilkada Singkawang maupun pasca pilkada Singkawang yang dapat memberikan simbol kehadiran semangat baru bagi masyarakat Singkawang.
Kotak-kotak Andi-Yusnita pun menurut hemat saya, bisa memberikan pengaruh pada obyektifitas masyarakat Singkawang untuk tertarik ikut serta memberikan kontribusi hak suaranya. Dengan kemudian mempengaruhi kalangan pemilih yaitu kalangan kelas menengah dan pemilih pemula, sebagaimana pemilih pemula adalah kalangan anak muda, jumlah pemilih pemula begitu banyak sehingga mempengaruhi pilihan mereka dengan motif kotak-kotak tersebut.
Hikmah dari sebuah motif kotak-kotak juga sekaligus membalikkan logika berpikir masyarakat awam Singkawang yang toleran dan beberapa diantaranya dirasa memang masih terkotak-kotak oleh suku, agama, ras dan golongan.
Sebagai sebuah trend setter di Pilkada Singkawang 2024, tinggal bagaimana pasangan Andi-Yusnita ini bisa mengalihkan pandangan masyarakat Singkawang untuk memilih pasangan calon pemimpin Andi-Yusnita dengan mudah hanya dengan mengingat pakaian kotak-kotak saat pencoblosan 27 November 2024 mendatang.
Akan lebih menarik lagi jika pasangan calon Andi-Yusnita bisa menggunakan baju kotak-kotak sebagai simbol dukungan untuknya. Sekaligus membedakan dengan model-model kampanye yang biasanya membagikan kaos sebagai uniform untuk pendukung paslon dari nomor urut 1 dan 2 misalnya. Paslon AY bisa saja menjual baju kotak-kotak ikon mereka tersebut kepada pendukungnya.
Dalam berkampanye, AY bahkan bisa saja bukannya mengeluarkan dana untuk memberi atribut pada pendukungnya, malah mendapatkan keuntungan dari penjualan baju kotak-kotaknya.
Misalkan, untuk mencukupi kebutuhan baju kotak-kotak AY, pihak Andi-Yusnita memproduksi 50.000 potong baju dengan menggandeng pengusaha atau UKM di Singkawang. Baju-baju tersebut dijual dengan harga Rp100.000,00 per potong dengan diskon dari pihak AY Rp50.000,00 misalnya. Keuntungan penjualan baju tersebut digunakan untuk biaya kampanye, maka dapat dibayangkan bagaimana kemeriahan “kotak-kotak” AY effect yang tersaji saat kampanye akbar pada waktunya mendatang.
Akhirnya saya berkesimpulan, soal seragam kotak-kotak di Pilkada Singkawang kali ini bahwa barang yang bagus akan menjadi semakin menarik kalau dikemas dalam bungkus yang mencitrakan kualitas isinya.
Demikian pula jika misalkan saya atau banyak orang suka dengan baju kotak-kotak Andi-Yusnita, itu bukan karena sekedar tertarik dengan bajunya, tetapi terlebih pada simbol kekuatan dan pesan serta figur Andi Syarif-Yusnita Fitriadi yang dianggap memenuhi harapan publik Singkawang.
Melalui baju kotak-kotak AY Singkawang ini pula, beralih fungsi sebagai simbol yang bisa menyatukan aspirasi dan harapan akan perubahan Singkawang. Sebagaimana kita ketahui di Pilwako Singkawang 2024, Andi Syarif-Yusnita Fitriadi mengusung proposal perubahan yang sangat jelas, yang dikemas dalam “Energi Baru”, yang diharapkan bisa mereka kampanyekan langsung oleh Andi Syarif dan Yusnita Fitriadi dan sukarelawannya itu hingga ke pelosok-pelosok kampung, gang-gang sempit, dari pertemuan ke pertemuan, dan dari rumah ke rumah.
Model kampanye Turba (Turun Ke Bawah) ini juga sangat efektif. Sebab saat itulah terjadi proses mendengar, meyerap, dan diskusi mengenai berbagai persoalan yang dihadapi rakyat Singkawang. Jika hal ini dilakukan, militansi Andi-Yusnita menembus gang-gang sempit dan becek ini, saya yakin akhirnya menjadi faktor penting mengapa kemudian rakyat Singkawang menaruh kepercayaan kepada mereka memimpin Singkawang untuk lima tahun mendatang.
Saya pun meyakini, para peniru Andi Syarif-Yusnita Fitriadi (kalaupun ada) saya rasa belum tentu mereka sanggup melakukan taktik yang coba saya “bisikan” tadi di sini. (*)
Penulis: Topan / Redaktur reaktifnews.com
Sumber: Newsroom | REAKTIFNEWS