REAKTIFNEWS.COM, SINGKAWANG – KH Miftachul Akhyar, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), menegaskan, kenikmatan dunia yang didapat dari ikhtiar seseorang hanya tempias alias cipratan atau sekedar sesaat dibandingkan dengan pahala di akhirat. Beliau menegaskan bahwa dunia pada hakikatnya adalah wadah untuk menabur dengan memperbanyak amal kebaikan, sedangkan panennya sudah menanti di akhirat.
“Adapun cipratan panen yang mungkin kita terima di dunia. Cipratannya saja misalkan punya pabrik, rumahnya di mana-mana ada, dan seterusnya. Itu hanya cipratan,” katanya sebagaimana dalam video pada Channel Multimedia KH Miftachul Akhyar diakses Reaktifnews, Jumat (29/3/2024).
Karena sebatas tempias, hendaknya manusia tidak mudah tergoda hingga lupa akan keberadaan akhirat. Urusan akhirat hendaknya diutamakan dan segala perbuatan hendaknya diorientasikan untuk mencari pahala dan keridhaan Allah di akhirat.
“Urusan dunia dan akhirat ini menjadi penting bagi amal. Dunia ini sebagai tempat bercocok tanam, nyelengi (nabung). Akhirat sebagai tempat menuai atau panen. Jadi kalau orang bercocok tanam, panennya nanti, tidak sekarang,” terangnya.
Lebih lanjut Pengurus Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya mengungkapkan, pernah ada seorang sahabat yang melakukan penelitian tentang amalan manusia di dunia. Bahayanya adalah jika kita beramal, terlalu terikat pada dunia dan lupa akan akhirat.
“Sebagian sahabat meneliti semua amal. Dan hasilnya yang paling membahayakan amal adalah cinta dunia lupa akhirat,” ujar Kiai Miftach, sapaan akrabnya menjelaskan kitab yang dibaca.
Oleh karena itu, menurut Kiai Miftach, individu yang cerdas adalah mereka yang di dunia tidak berhasrat untuk memanen, melainkan menunggu panennya di akhirat. Pendekatan ini penting untuk ditiru karena mendorong perbuatan baik secara terus menerus tanpa disibukkan dengan imbalan duniawi.
“Kalau dipanen di dunia tidak cukup dunianya. Makanya kalau di dunia tidak usah diseriusi karena tentu dapat cipratan. Yang kita seriusi nanti di akhirat,” ucap Kiai Miftach
Urusan akhirat memang perlu diutamakan oleh manusia di dunia. Akhirat adalah perjalanan panjang yang harus dijalani dengan serius. Tahapan ke arah itu semua ada di dunia ini, oleh karena itu harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh.
“Lha ini akhirat perjalanan yang panjang dan lama tentu harus kita persiapkan jangan sampai bambung di sana. Di sana tidak ada bambung. Kalau tidak punya rumah di akhirat ya tempatnya di neraka. Naudzubillah,” ujarnya.
Di dunia saja, imbuh Kiai Miftach, orang yang hendak pindah tempat tinggal dari desa ke kota misalkan, harus mencari rumah dulu meskipun itu gubuk. “Kalau tidak, dari desa mau ke Surabaya tidak mempersiapkan rumah, ya bambung,” tegasnya.
“Begitu juga orang kalau menuju akhirat yang selamanya tentu mempersiapkan apa saja yang akan ia lakukan di sana termasuk tinggalnya di mana,” tuturnya. (Tim-RN)