Singkawang Kota – Adanya keluhan soal obat kedaluwarsa bulan Juli 2021 diberikan kepada pasien pada 16 Juli 2021 yang didapatkan dari Puskesmas Singkawang Barat, Kota Singkawang, menjadi sinyal lemahnya pengawasan peredaran obat di wilayah itu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang, Rindar Prihartono,S.Pd.,M.P.H mengatakan, pihaknya juga terkejut dengan adanya obat kedaluwarsa yang sampai lolos ke tangan pasien. Padahal, ia mengklaim, mestinya seluruh obat kedaluawarsa atau tak layak tersebut harus ditarik ke gudang.
“Nanti akan saya tanyakan ke bagian gudang. Jika memang itu terjadi, saya meminta maaf secara resmi ke pasien,” kata dia ketika dihubungi Reaktifnews, Jumat (6/8).
Menurutnya petugas puskesmas sama sekali tak memiliki niat sengaja memberikan obat kedaluwarsa ke pasien. Menurut dia, sejak semula, seluruh petugas puskesmas hendaknya menarik obat yang akan lewat masa pakainya dari apotek. Kalaupun ternyata masih terjadi, mungkin hal itu human error alias kelalaian saja.
“Saya sudah instruksikan ke semua, baik ke bagian gudang hingga bidan, untuk menarik obat kedaluwarsa atau obat yang mendekati kedaluwarsa dua bulan lagi. Ketika ada laporan yang lolos, semua heran. Soalnya ini sudah baku aturannya. Boleh jadi human eror,” kata dia.
Pengawasan Berbasis Digital
Guna mengantisipasi kejadian serupa, Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang dalam hal ini khususnya Dinas Kesehatan Kota Singkawang sudah selayaknya melakukan peralihan pada sistem pengawasan obat dan makanan berbasis digital (2D barcode).
Akses maupun proses implementasi 2D barcode yang didalamnya termasuk pula proses scan 2D barcode khususnya terhadap obat-obatan ini dirasakan sangat penting dan mendesak diterapkan oleh Pemkot Singkawang.
Bahkan, 2D barcode ini di banyak daerah serta kota-kota maju dan berkembang saat ini telah meninggalkan sistem konvensional dan beralih ke sistem digital. (*/ RN/ Nano)
