*Oleh: M. Didik Wahyudi
KEMENDIKBUD berupaya melakukan program penguatan karakter demi memaksimalkan potensi dari peserta didik itu sendiri. Peserta didik yang berkualitas tentunya mempunyai ciri khas karakternya sendiri yang membuat mereka tampak mencolok daripada peserta didik lainnya.
Tidak hanya sekedar berpikir (literasi), PPK mendorong pendidikan nasional untuk fokus pada pikiran (etika dan spiritualitas), rasa (estetika) dan olah raga (kinestetik).
Pendidikan di keempat bidang tersebut harus dilaksanakan secara utuh dan simultan. Keterpaduan proses pembelajaran di dalam kelas, ekstra kurikuler, dan ekstra kurikuler sekolah dapat didasarkan pada pengembangan budaya sekolah atau melalui kerjasama dengan masyarakat di luar lingkungan pendidikan.
Pendidikan Karakter yang sangat dikhususkan oleh KEMENDIKBUD mencakupi aspek religius, nasionalis, gotong royong, integitas dan mandiri. Masing-masing aspek ini tentu mempunyai hal yang ingin dicapai untuk memperoleh karakter yang diharapkan.
Pada aspek Religius tentunya karakter yang ditonjolkan adalah karakter yang beriman kepada Tuhan. Pada aspek Nasionalis karakter yang ditonjolkan adalah karakter yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara dari pada individu atau kelompok.
Pada aspek Gotong Royong karakter yang ditonjolkan adalah karakter yang mampu bersemangat kerja sama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Pada aspek Integritas karakter yang ditonjolkan adalah karakter yang dapat dipercaya dari perkataan, tindakan dan pekerjaan yang dilakukannya. Serta aspek Mandiri karakter yang ditonjolkan adalah karakter yang tidak bergantung pada orang lain.
Yang menjadi permasalahan kali ini pembelajaran berlangsung pada era disrupsi, era ini dikenal dengan revolusi industri 4.0 yang sudah mulai merambah ke dunia virtual, dimana semua membutuhkan koneksi antara manusia, mesin dan data.
Sehingga pembelajaran secara tatap muka berlangsung dengan terbatas, ilmu-ilmu ditransfer tidak hanya melalui tatap muka namun dibantu dengan adanya bantuan teknologi informasi yang sudah mulai maju dan menjadi kemudahan bagi peserta didik memperoleh informasi dan pengetahuan dengan mudah.
Dampak perkembangan ini tentunya dapat menjadi permasalahan yang kompleks untuk melaksanakan penguatan karakter peserta didik. Pendidikan karakter yang tentunya hanya dapat terlaksana secara maksimal melalui pembelajaran tatap muka, sehingga sebagai pendidik dapat melakukan monitoring dan kontrol terhadap peserta didik, dengan begitu penguatan karakter ini akan mampu diterapkan.
Peran guru sebagai role model tentunya menjadi perhatian khusus bagi peserta didik, dimana guru ini menjadi contoh bagi peserta didik dalam masa penguatan karakter yang sedang digencarkan pada era ini.
Menurut (Hapudin, 2020) bersumber pada tujuan pembelajaran nasional tersebut, pembelajaran di sekolah tidak hanya terpaut kemahiran di bidang akademik oleh peserta didik tetapi wajib diimbangi dengan pembentukan kepribadian ataupun character building.
Pembelajaran tidak hanya terpaut dengan bertambahnya ilmu pengetahuan, tetapi wajib mencakup aspek perilaku, serta sikap sehingga dapat menjadi individu yang beriman, bertakwa serta berakhlak mulia. Pembelajaran kepribadian berpijak dari kepribadian bawah manusia, yang bersumber dari nilai moral umum danbersumber dari agama (bersifat mutlak) selaku the golden rule.
Pembelajaran karakter bisa menggapai tujuan yang tentu apabila berpijak dari nilai- nilai karakter bawah tersebut. Penanaman nilai bawah pembelajaran kepribadian pada satuan pembelajaran tersebut terletak pada bagaiman terhubungnya trilogy pendidikan, ialah budaya di kelas, budaya di keluarga serta budaya di sekolah.
Cara yang benar untuk mengembangkan pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman kita bahwa masa depan anak ada di tangan guru. Oleh karena itu, segala sesuatu yang kita lakukan akan ditiru dan dipelajari oleh mereka. Belajar saling membantu akan digunakan oleh anak-anak dan menjadi kebiasaan mereka untuk peduli terhadap lingkungan.
Pendidikan karakter juga menjaga kepribadian bangsa dalam karakter bangsa Indonesia. Hal ini bisa dilakukan dari hal yang paling kecil, seperti ketika pena teman jatuh, angkat pena. Pembentukan pendidikan karakter bisa dimulai dari banyak hal kecil.
Secara umum, peran pendidikan karakter sekolah adalah untuk membentuk watak dan kepribadian seseorang sehingga menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, bertoleransi, berbudi pekerti luhur, dan berbudi pekerti luhur. Sebagai guru, kita memiliki tanggung jawab untuk melatih siswa yang akan menjadi dewasa di masa depan. (*Penulis: Guru SMA Negeri 3 Kubu)
DAFTAR REFERENSI
Hapudin, M. S. (2020). PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH (CULTURE SCHOOL). PROCEDING UMSURABAYA, 1(1), 299–307.
Muchtar, A. D., & Suryani, A. (2019). Pendidikan Karakter Menurut Kemendikbud (Telaah Pemikiran atas Kemendikbud). Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3(2), 50–57. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v3i2.142
Suriadi, H. J., Firman, F., & Ahmad, R. (2021). Analisis Problema Pembelajaran Daring Terhadap Pendidikan Karakter Peserta Didik. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 165–173. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i1.251
Susanti, S., Lian, B., & Puspita, Y. (2020). Implementasi Strategi Kepala Sekolah dalam Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(2), 1644–1657. https://doi.org/10.31004/jptam.v4i2.629
Syarif, I., & Rahmat, R. (2018). Penerapan Model Brain-Based Learning Terhadap Peningkatan Karakter Peserta Didik Kelas Ii Sekolah Dasar. Edumaspul – Jurnal Pendidikan, 2(2), 87–90. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v2i2.13