Pesan untuk Gen Z: Jangan Pilih Pemimpin Cuma Karena “Cinta Buta”

by -387 views
ilustrasi super hero
Pesan untuk Gen Z: Jangan pilih pemimpin cuma karena "cinta buta". (REAKTIFNEWS.COM)

REAKTIFNEWS.COM, SINGKAWANG – Waktunya bagi pemilih untuk menentukan pilihannya yakni pada Rabu, 14 Februari 2024 mendatang dalam pesta demokrasi tanah air.

Pemilu tahun ini, menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU), didominasi oleh pemilih muda. KPU mencatat total 204.807.222 pemilih pada pemilu 2024. Sebanyak 66.822.389, atau 33,60%, adalah pemilih Milenial (lahir antara tahun 1981 dan 1996) dan 46.800.161, atau 22,85%, adalah Generasi Z (lahir antara tahun 1997 dan 2012).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan pemilih muda tersebut sebagai pemilih Milenial dan pemilih Generasi Z. Kedua generasi tersebut dikenal dekat dengan teknologi dan internet. Kehidupan dua generasi ini sulit lepas dari gadget dan internet.

Maka tidak mengherankan jika ruang digital dan media sosial semakin merajalela. Oleh karena itu, pemilu 2024 berbeda dengan pemilu sebelumnya. Kampanye di dunia maya pun semakin besar. Penggunaan teknologi kecerdasan buatan juga diperkenalkan pada pemilu kali ini. Sekadar menarik suara dari kelompok usia muda ini.

Indonesia Corruption Watch (ICW) juga menelusuri belanja iklan di platform Meta antara 16 November hingga 15 Desember 2023, menunjukkan tiga pasang calon presiden dan wakil presiden yang mencalonkan diri sebagai presiden pada 2024 telah menghabiskan dana ratusan juta rupiah untuk periklanan dan politik di jejaring sosial X, Tiktok, Facebook dan Instagram.

Paslon Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar mengeluarkan dana Rp444,34 juta, paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mengeluarkan dana Rp778,93 juta, dan paslon Ganjar Pranowo dan Mahfud Md mengeluarkan dana Rp829,16 juta.

Hal ini menunjukkan bahwa berkampanye di ruang digital menjadi aspek di pemilu saat ini. Tim pemenang berkompetisi dalam strategi dan kreativitas untuk mencapai algoritma pemungutan suara. Sayangnya, algoritma hasil feedback atas apa yang mereka sukai atau komentari akan mewakili segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas yang telah mereka selesaikan sebelumnya. Entah itu menyukai (like), berkomentar (comment), berbagi (share) atau bahkan mencari (search).

Arus informasi seperti ini tentu tidak baik bagi demokrasi karena dikhawatirkan akan menimbulkan polarisasi dan mereduksi gagasan di ruang publik.

Situasi ini tidak baik bagi Generasi Z, yang mungkin tidak memiliki banyak pengalaman dalam pesta demokrasi. Lain halnya generasi milenial, mereka sudah berkali-kali merasakan euforia pesta demokrasi. Kekhawatirannya adalah Generasi Z akan menjadi pemilih yang cenderung emosional dan mengesampingkan alasan alias rasionalitas. Idealnya, pemilih harus menggunakan haknya dengan mengedepankan rasionalitas.

REAKTIFNEWS RESEARCH

(top/tim)

No More Posts Available.

No more pages to load.