Oleh: BE (Warga Kota Singkawang)*
Politik identitas adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk perlawanan atau sebagai alat untuk menunjukan jati diri suatu kelompok tersebut.
Identitas dipolitisasi melalui interpretasi secara ekstrim, yang bertujuan untuk mendapat dukungan dari orang-orang yang merasa ‘sama’, baik secara ras, etnisitas, agama, maupun elemen perekat lainnya.
Politik Identitas bukanlah merupakan hal yang baru dalam sistem perpolitikan di Indonesia, bahkan untuk di daerah seperti Kalimantan Barat khususnya Singkawang hal ini dianggap biasa dan lumrah.
Ini adalah fakta yang tidak terbantahkan, dimana setiap perhelatan Pilkada di Kota Singkawang hasil dari pemilu mudah sekali di tebak.
Misalnya seperti pemilu tahun 2012 Calon dikalangan Melayu Muslim 1 Pasang sementara Calon dari Etnis Tionghoa 3 Pasang maka hasilnya dimenangkan oleh calon dari kalangan Melayu Islam, hal serupa juga terjadi di Pilkada Tahun 2017 calon dari kalangan Muslim 3 pasang dan calon dari kalangan Non Muslim 1 pasang hasilnya juga bisa di tebak perhelatan Pilkada tahun 2017 dimenangkan oleh kalangan Non Muslim.
Beberapa kandidat yang dari latar belakang etnis yang berbeda mencoba meyakinkan calon pemilih yang berlatar belakang identitas yang berbeda dari kandidat, memang ada hasilnya tapi sangat tidak ketara hanya sedikit sekali itupun dikarenakan adanya kedekatan secara personal dengan kandidat.
Hal serupa juga terjadi dalah perhelatan Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat di Kota Singkawang Kandidat Calon Gubernur yang kuat pada waktu itu adalah calon yang Non Muslim yang di ketuai oleh Walikota yang juga Non Muslim sementara di Kandidat yang berseberangan ada pasangan Calon Gubernur Muslim yang di ketuai Oleh wakil Walikota yang juga muslim dan hasilnya dapat dengan mudah di tebak, kandidat muslim yang menang pada waktu itu.
Beberapa kali di perhelatan Pilkada baik itu Provinsi maupun Kabupaten/Kota baik kandidat dan Timnya sudah berupaya dengan keras untuk meyakinkan pemilih yang berlatar belakang identitas berbeda dari kandidat namun tetap saja politik identitas berdiri kokoh tidak mampu diruntuhkan oleh jargon-jargon Politik, dan program positif yang ditawarkan kandidat.
Memilih dari latar belakang etnis yang sama adalah harga mati yang sulit untuk di tawar hal ini memang menyakitkan namun inilah fakta yang terjadi. Sebagus apapun calon apabila berlatar belakang dari identitas yang berbeda tetap saja tidak berhasil secara ketara meraup suara.
Inilah yang harus digaris bawahi oleh masing-masing kandidat apakah maju untuk menang atau hanya sebatas memecah suara. Kandidat harus bisa merasa dan jangan merasa bisa, jangan terlalu optimis tapi tidak realistis.
Namun apakah politik identitas itu salah? Menurut penulis hal tersebut sah-sah saja, karena dalam meraih kekuasaan seorang kandidat cenderung menggunakan cara apapun. Permainan Politik Identitas merupakan salah satu metode yang hemat dan irit biaya karena pemiilih yang memiliki identitas yang sama akan terpolarisasi dengan sendirinya terutama dalam komposisi masyarakat yang heterogen.
Menurut pandangan Penulis Penggunaan Politik Identitas dalam meraih kekuasaan itu sah-sah saja selagi masih dalam koridor yang berpegang teguh pada Nilai-Nilai Bhineka Tunggal Ika. Tidak terkecuali di Kota Singkawang, permainan Politik identitas dalam meraih kekuasaan ketika sudah mendapatkan kekuasaannya mereka berdiri diatas semua kepentingan dan Golongan.
Ketika berkuasa, identitas mereka tanggalkan dan menjadi pemimpin untuk semua kepentingan dan Golongan serta Mengayomi dan mengakomodir kepentingan masyarakat tanpa melihat latar belakang Identitas yang berbeda.
Masyarakat Kota Singkawang sangat memaklumi dengan adanya Politik identitas, walaupun proses pemilihan memainkan Politik Identitas namun dalam melaksanakan pemerintahan tetap mengayomi seluruh kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang Identitas. Alhasil saya dan kita berharap semoga Kota Singkawang khususnya tetap melekat menjadi Kota paling Toleransi Nomor 1 Se-Indonesia. (*/)