PENSIUN atau tidak lagi menjabat adalah suatu fase hidup yang seringkali disambut dengan kecampuran perasaan. Meskipun berlimpahnya fasilitas saat menjabat sering dianggap sebagai keberhasilan finansial, namun tahap ini juga dapat menjadi tantangan besar, terutama jika tidak ada persiapan menyeluruh untuk menghadapi perubahan yang signifikan usai tidak lagi menjabat.
Demikian halnya dengan Post power syndrome atau retirement syndrome yang tidak terjadi begitu saja, melainkan merupakan hasil dari sejumlah faktor, seperti datangnya fase memasuki usia pensiun atau bahkan turunnya dari jabatan tertentu dimaksud.
Hal ini terjadi, karena seseorang yang sebelumnya memiliki kekuasaan dan jabatan tinggi tiba-tiba harus beradaptasi dengan hidup tanpa posisi yang membanggakan. Pergeseran ini lantas dapat menimbulkan penurunan harga diri dan bahkan dapat menyebabkan gejala split personality.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa hubungan yang baik dan perbuatan baik kepada banyak orang bukan hanya berdampak positif selama menjabat, tetapi juga membawa manfaat jangka panjang.
Ketika kita membina hubungan dengan ikhlas dan berbuat baik kepada sesama, sejatinya kita sedang membangun jaringan dukungan sosial yang akan menjadi penopang saat kita menghadapi masa sulit, seperti pensiun. Kebaikan hati yang ditanamkan selama bertahun-tahun akan menjadi investasi sosial yang tak ternilai.
Persiapan diri sebelum pensiun menjadi krusial untuk mengurangi dampak post power syndrome. Sebagaimana diketahui salah satu penyebab post power syndrome adalah gaya hidup maksimalis ketika masih menjabat.
Oleh karena itu, disarankan untuk mempraktikkan hidup bersahaja ketika masih menjabat. Dengan menjadi rendah hati, hidup dalam qanaah, dan mengurangi konsumsi berlebihan, seseorang dapat menghadapi perubahan kehidupan dengan lebih tenang dan terfokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
Kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam kepemilikan material semata, melainkan dalam hubungan, kesehatan, dan pengembangan diri.
Bersyukur atas apa yang telah dimiliki, fokus pada hal-hal yang penting, dan menemukan kekayaan sejati dalam kesederhanaan adalah kunci untuk menjalani pensiun dengan kedamaian batin.
Post power syndrome juga menjadi pemandangan yang tidak jarang ditemui ketika seseorang harus merelakan posisi terhormatnya di setiap level kehidupan.
Dalam konteks ini, disadari atau tidak bahwa hubungan yang dibangun dengan ikhlas dan kebaikan hati tidak hanya berlaku selama menjabat, tetapi juga menjadi penopang utama ketika seseorang memasuki masa pensiun. Mengubah pandangan terhadap jabatan, pangkat, atau materi menjadi landasan hidup yang lebih sederhana dan bersahaja adalah kunci untuk menghindari post power syndrome.
Jadilah teladan dalam hidup sederhana, penuh berkah, dan bermakna, meninggalkan jejak positif bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar.
Semoga artikel sederhana ini menjadi inspirasi untuk mempersiapkan diri dengan bijak, menjaga nilai-nilai positif, dan mengukir jejak bermakna dalam perjalanan hidup kita, serta memberikan inspirasi bagi pembaca reaktifnews yang saat ini masih menjabat menjadi seorang Pj kepala daerah misalnya atau pada jabatan lainnya dalam menghadapi masa pensiun yang pasti tiba. (RN-TIM)
Penulis: Topan Wahyudi
Sumber: newsroom | Reaktifnews.com