Siapa Tjhai Chui Mie di Pilkada Singkawang 2024

by -1,461 views
tren tjhai chui mie 2024
Popularitas Tjhai Chui Mie jelang Pilkada Singkawang 2024. (Reaktifnews.com/ TWA)

REAKTIFNEWS.COM, SINGKAWANG – Pilkada di Kota Singkawang dan bahkan di Indonesia umumnya, menuntut para kandidat menguasai faktor ekonomi sehingga banyak figur muncul yang berasal dari kalangan pengusaha, petahana atau birokrat. Pengusaha dianggap memiliki modal finansial yang kuat, sehingga dianggap mampu menanggung biaya kampanye yang mahal.

Karena alasan “modal” tersebut pula maka newsroom Reaktifnews.com bakal sedikit mengulas faktor keberhasilan Tjhai Chui Mie sebagai kandidat paling potensial di Pilkada Singkawang 2024, terkait faktor pengelolaan modalitas yang ia miliki, antara lain latar belakangnya, kemampuan mengefektifkan biaya politik, dan modal sosial yang ia miliki.

Kepemilikan modal menjadi penting, dikarenakan dalam Pilkada bukan menjadi wilayah persaingan antar partai semata. Tetapi lebih kepada kandidatlah yang menjadi aktor kunci kemenangan.

Sementara itu, partai politik sendiri sering memilih untuk mencalonkan kandidat dari luar jajaran mereka sendiri dan lebih memilih untuk menemukan kandidat yang memiliki sumber daya untuk membiayai kampanye mereka sendiri (seringkali membayar partai untuk nominasi) dan yang juga memiliki popularitas dan elektabilitas yang cukup untuk mendapatkan peluang menang.

Daripada hanya mengandalkan mesin partai untuk terpilih, sebagian besar kandidat ini menggunakan koleksi jaringan formal dan informal untuk mengorganisasikan kampanye mereka; ini mungkin termasuk jaringan birokrasi, kelompok agama, asosiasi etnis, jaringan bisnis dan sejenisnya, serta tim sukses di mana-mana atau “tim sukses” yang dibentuk kandidat.

Dalam persaingan Pilkada Singkawang 2024 khususnya, modal politik menjadi faktor penting yang perlu dimiliki oleh setiap kandidat dan partai politik.

Bicara soal modal politik adalah sebuah metafora yang digunakan dalam teori politik untuk mengkonseptualisasikan akumulasi sumber daya dan kekuatan yang dibangun melalui hubungan, kepercayaan, niat baik, dan pengaruh antara politisi atau partai dan pemangku kepentingan lainnya, seperti konstituen.

Modal politik juga dapat dipahami sebagai jenis mata uang yang digunakan untuk memobilisasi pemilih, mencapai reformasi kebijakan, atau mencapai tujuan politik lainnya.

Jika mencermati proses pemilihan di dalam Pilkada Singkawang mendatang, kembali, secara metafora dapat digambarkan bahwa kontestasi ini ibarat balapan mobil.

Pasangan Tjhai Chui Mie-Muhammadin, sebagai satu-satunya kandidat yang saat ini paling siap tersebut berkemungkinan memenangkan Pilkada Singkawang 2024 manakala memiliki kombinasi di dalam kendaraan, yaitu adanya mobil yang baik, sopir yang piawai dan bensin yang memadai.

Secara konseptual, metafora yang dimiliki pasangan ini terwujud dari tiga modal utama yang dimiliki pasangan ini, yaitu modal politik (political capital), modal sosial (social capital) dan modal ekonomi (economical capital).

Alasan atas ketiga modal tersebut pula yang nantinya membuat pasangan Tjhai Chui Mie-Muhammadin dapat memperoleh dukungan dominan dari masyarakat Singkawang. Semakin besar akumulasi modal yang dimiliki oleh pasangan ini maka semakin besar pula dukungan yang diperoleh.

Berbagai modal tersebut masing-masing dapat berdiri sendiri tanpa adanya keterkaitan antara yang satu dengan yang lain, tetapi seringkali ketiganya berkaitan terlebih dalam penggunaan politik. Artinya, Tjhai Chui Mie khususnya, telah lebih dulu memiliki peluang besar terpilih karena sudah memiliki akumulasi lebih dari satu modal.

Selain tentunya pasangan ini (Tjhai Chui Mie-Muhammadin) telah mengantongi modal politik. Ini menunjukkan bahwa fungsi partai politik yang tidak terlepas sebagai pintu masuk bagi kandidat yang mengikuti kontestasi Pilkada juga telah mereka miliki.

Perjalanan Tjhai Chui Mie di kancah politik Singkawang

Terjunnya Tjhai Chui Mie ke dalam kancah politik dibangun sejak menjadi anggota DPRD Kota Singkawang selama tiga periode. Dimana karirnya dimulai pada saat dilantik menjadi anggota DPRD Kota Singkawang periode 2004-2009 melalui proses Pergantian Antar Waktu (PAW) pada tahun 2008 menggantikan Bong Wui Kong yang dipecat oleh Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB).

Pada periode 2009-2014, sosok penyuka “asam pedas” ini terpilih menjadi Ketua DPRD Kota Singkawang setelah menempati urutan pertama perolehan suara karena mampu meraih suara tertinggi dari daerah pemilihannya yaitu Singkawang Barat sebesar 3.139 suara. Pada pemilu 2014, partai yang selama ini menaungi Tjhai Cui Mie yakni Partai PIB dinyatakan tidak lolos sebagai partai peserta pemilu 2014.

Tjhai Cui Mie kemudian beralih ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Hasilnya, Tjhai Chui Mie tetap memperoleh suara tertinggi di Kota Singkawang melalui daerah pemilihan Singkawang Barat sebesar 3.103 suara yang mengantarkannya duduk kembali menjadi Anggota DPRD Singkawang periode 2014-2019.

Sebagai kader dari PDIP, Tjhai Chui Mie memang didukung penuh sejak awal untuk menjadi Calon Walikota Singkawang. Cornelis sebagai ketua DPD PDIP Provinsi Kalbar dari tahun 2014 bahkan sudah menyatakan pada tahun 2017 Tjhai Chui Mie harus maju menjadi Calon Walikota Singkawang karena Tjhai Chui Mie merupakan kader terbaik yang dimiliki PDIP dan bisa menang.

Dari pernyataan Cornelis itulah, imbasnya adalah dipromosikan dari mulut ke mulut sebagai calon Walikota Singkawang padahal masih dua tahun menjelang Pilkada.

Sementara itu diketahui pula bahwa dukungan partai PDIP yang memang solid dari awal juga terlihat dalam hal kampanye. PDIP misalnya ada BKO dimana daerah yang tidak melaksanakan Pilkada tetapi kader PDIP di daerah tersebut turun membantu ke Singkawang sehingga dari atas sampai bawah, semua kader gotong royong baik dari PAC, DPC, DPD bahkan dari DPP.

Tjhai Chui Mie surplus modal sosial

Sementara itu, Tjhai Chui Mie menurut kajian newsroom Reaktifnews.com juga memiliki surplus modal sosial.

Tjhai Chui Mie bahkan mampu menginvestasikan modal sosialnya semenjak berkiprah di dunia politik Singkawang semenjak  puluhan tahun yang lalu. Ia dikenal rajin melakukan kegiatan sosial, modal sosial yang dimiliki Tjhai Chui Mie adalah pertama, interaksi sosial yang dilakukannya dengan masyarakat yang sudah terbangun sejak lama sehingga sosoknya dikenal oleh masyarakat.

Setiap ada bencana alam atau terdapat musibah, sosok Tjhai Chui Mie selalu turun ke lapangan untuk membantu masyarakat tanpa membeda-bedakan etnisitas.

Interaksi sosial ini sangat penting, terbukti membuat masyarakat sangat mengenali sosok Tjhai Chui Mie sehingga dapat membangun suatu pola hubungan interaksi. Interaksi sosial sangat berguna untuk menelaah dan mempelajari banyak masalah di dalam masyarakat.

Bentuk interaksi sosial yang semakin meluas tersebut kemudian menjadi jaringan sosial yang lebih memungkinkan semakin meluasnya lingkup kepercayaan dan lingkup hubungan timbal balik. Jaringan sosial ini terjadi berkat adanya keterkaitan antara individu dalam komunitas. Keterkaitan terwujud di dalam beragam tipe kelompok pada tingkat lokal maupun tingkat lebih tinggi. Jaringan hubungan sosial biasanya juga diwarnai oleh suatu tipologi khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok.

Kekuatan jaringan sosial yang dimiliki Tjhai Chui Mie tersebut kemudian bersenyawa dalam ikatan kepercayaannya dari etnis Tionghoa melalui Perkumpulan Hakka Indonesia dan ditunjuklah sosok Tjhai Chui Mie menjadi Ketua. Tidak hanya itu, jaringan sosial lain juga berlabuh seperti dari (Perhakin) Kota Singkawang, Majelis Tao Indonesia (MTI) Kota Singkawang dan Yayasan Setia Negara, Serpong.

Dengan bergabung dan mendapatkan posisi strategis pada organisasi tersebut, Tjhai Chui Mie kemudian semakin handal dalam membangun jaringan relasi yang dibuatnya dengan masyarakat atau pengusaha Singkawang etnis Tionghoa yang berada di Jakarta.

Nah, memasuki genderang Pilkada Kota Singkawang 2024 mendatang, dari uraian di atas maka bukan hal yang baru bahwa kandidat memasukkan faktor etnisitas dan agama sebagai alat untuk memenangkan pertarungan Pilkada Kota Singkawang 2024. Para kandidat, siapapun itu, tentunya berupaya merekrut pasangannya dari kelompok etnis yang juga mayoritas pada daerah tersebut.

Hal ini wajar saja, karena merupakan strategi untuk memenangkan pertarungan. Apa yang kita lihat dengan munculnya persoalan etnisitas dalam proses Pilkada Kota Singkawang khususnya merupakan suatu fenomena kecenderungan masyarakat kita dalam memilih calon pemimpin yang berasal dari kelompoknya.

Hal ini sebenarnya juga berlaku ketika Tjhai Chui Mie memilih Muhammadin sebagai Wakil Walikota yang berasal dari Melayu beragama muslim. Dengan perpaduan komposisi etnis agama tersebut (Tionghoa Budha dan Melayu Muslim) dimana merupakan mayoritas di Singkawang, mereka dianggap mewakili konstituen etnis-agama yang berbeda sehingga mampu menarik suara dari pemilih seluas dan sebanyak mungkin pada waktunya nanti. (TIM-RN)

Editor: Topan Wahyudi Asri
Sumber: Newsroom Reaktifnews.com

No More Posts Available.

No more pages to load.