REAKTIFNEWS.COM, SINGKAWANG – Mengkonsumsi air bagi manusia dianjurkan setidaknya minimal 2 liter setiap hari agar tubuh tetap terhidrasi dengan baik.
Masih berkaitan soal kebutuhan air untuk dikonsumsi tersebut, disadari atau tidak, turunnya tingkat ekonomi kelas menengah di Indonesia dan bahkan turut dirasakan masyarakat Singkawang khususnya yakni akibat kebiasaan sehari-hari warganya terhadap kebutuhan air kemasan, seperti galon.
Salah seorang warga Singkawang, Hermanto, juga sependapat dengan permasalahan yang jarang terlintas dibenak awam tersebut.
“Selama ini, disadari atau tidak, hal itu memang lumayan ikut menggerus income kita. Kalangan emak-emak pastinya paling peka soal ini, style kita yang mengandalkan semua dari air galon, air botol dan segala macam kemasannya,” ujar Hermanto, kepada newsroom reaktifnews.com Minggu, (01/9/2024).
Padahal lanjut Dia, di beberapa daerah Indonesia para warga kelas menengahnya sudah bisa menenggak air minum yang disediakan pemerintah lewat kran PDAM mereka. Seperti di Kabupaten Sleman misalnya, warga di sana tidak perlu khawatir karena air dari PDAM mereka tersebut tentunya air bersih, sehat, dan siap konsumsi.
“Beda dengan kita, warga di kabupaten Sleman misalnya yang sangat beruntung karena air PDAM keluar di kran rumah mereka sudah melalui proses sterilisasi dan reminelarisasi. Bahkan sudah lulus uji Lab sehingga air aman untuk langsung dikonsumsi,” tuturnya.
Mantan ketua PSSI Singkawang ini mengatakan kebiasaan mengkonsumsi air dalam kemasan juga tidak terjadi di semua negara. Di negara maju misalnya, warga kelas menengah terbiasa menenggak air minum yang disediakan pemerintah di tempat-tempat umum. Dengan adanya fasilitas air minum massal itu, masyarakat negara maju tidak perlu mengeluarkan uang sekedar untuk membeli minum air putih.
“Daya beli kelas menengahnya aman karena untuk air pun mereka tidak perlu merogoh uang di kantong terlalu banyak,” kata dia.
Meski begitu, Hermanto mengatakan faktor kebutuhan air minum hanyalah satu dari banyak faktor lain yang menyebabkan kelas menengah di Singkawang akhirnya semakin turun “kasta” ke kelas ekonomi yang lebih rendah. Covid-19 yang melanda selama 2 tahun juga turut andil dan menyebabkan kalangan kelas menengah kehilangan pekerjaan hingga kebangkrutan bisnis.
“Apesnya selain ketergantungan dengan air galon, beberapa faktor lain seperti Covid, tingkat bunga tinggi, nilai tukar melemah, akibatnya apa-apa jadi serba mahal,” kata dia.
Hermanto berharap, pemerintah mendatang setidaknya memiliki pemikiran lebih inovatif dengan bagaimana agar PDAM Singkawang khususnya bisa benar-benar hebat tidak semata soal perluasan jaringan semata, namun juga bagaimana bisa menghadirkan air kran yang aman untuk langsung diminum bagi warganya.
“Ya kalau memang kita semua mau Singkawang Hebat, idealnya air PDAM tidak sekedar mengalir sampai jauh tapi bagaimana pemkot ini bisa mensejahterakan warganya dari sumber daya alam yang dimiliki”.
“Termasuk air PDAM kita ini bisa aman untuk langsung diminum warga. PDAM kita yang notabene milik pemkot kok kalah dengan perusahaan air galon lokal swasta yang berseliweran dan menguasai air dari mata air Singkawang itu,” pungkasnya. (RN/TIM)
Editor: TWA
Sumber: newsroom reaktifnews.com