Pembinaan Sepak Bola Usia Dini Singkawang Harus Jadi Kebutuhan Utama

by -1,350 views
SSB di Singkawang berlatih di GOR Kridasana SIngkawang.
Salah satu SSB di Singkawang berlatih di GOR Kridasana. (Ist/twa)

Singkawang, REAKTIFNEWS.com

Melihat prestasi sepak bola anak usia dini di Kota Singkawang khususnya dalam kompetisi dan festival sepak bola anak usia dini harus diakui masih sangat minim. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada jenjang diatasnya, sebab usia dini merupakan fondasi yang sering diabaikan.

Beberapa kalangan pengamat sepak bola lokal di Singkawang meyakini bahwa sepak bola usia dini hal yang mendasar. Disamping perlu ada kompetisi yang berjenjang dari usia dini U12, U14 dan U18 sampai U23 digelar di Kota Singkawang secara lebih utuh dan padat maka hal ini akan melahirkan banyak pesepak bola Singkawang berbakat dan handal.

Selama ini, jenjang sepak bola dan klub lebih banyak berkonsentrasi ke level senior sehingga kurang memperhitungkan kompetisi usia dini. Memang dalam faktanya untuk kompetisi di tanah air misalnya, ada menyertai U21 tetapi itupun hanya sebatas klub peserta saja dan tidak melibatkan semua klub di Indonesia.

Melihat kecenderungan tersebut, tidak ada salahnya jika pegiat sepak bola di Singkawang meniru pendekatan yang dilakukan sepak bola di Jepang. Sebagai salah satu negara asia yang sudah dikenal di kancah sepak bola dunia, Jepang terbilang sukses dalam melahirkan nama-nama besar pesepak bola mereka.

Tom Byer salah satu peletak dasar sepak bola di Jepang dalam tulisannya berjudul, Program Kepelatihan Sepak Bola Harus Dibangun Berdasar Kebutuhan Lokal menyebutkan semua tergantung pada negara, pembinaan sepak bola akan terus berlanjut atau terhenti.

Misalkan di benua Amerika, sepak bola jalanan amat umum di Amerika Selatan, baru-baru ini salah satu pelatih terbaik di dunia menyebut bahwa mandeknya perkembangan sepak bola bahkan di Cina adalah akibat dari kurangnya sepak bola jalanan yang terdapat di negeri tersebut.

Sementara itu, anak-anak di Jepang dan Korea tidak bermain sepak bola di jalanan, kedua negara tetap lolos ke Piala Dunia. Banyak pelatih yang menganggap konsep sepak bola jalanan sudah usang dan lebih memilih sistem pembinaan usia dini yang kaku.

Program kepelatihan sepak bola haruslah lebih alami, artinya program yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Kini sebaliknya, semua negara terus mengimpor orang-orang dari Spanyol, Brasil Italia atau Prancis untuk “mengajari” cara bermain bola.

Pada kasus ini, pendekatan yang dilakukan sepak bola Jepang amat menarik. Mereka mencoba belajar sebanyak mungkin dari semua negara yang ada di belahan dunia. Mereka melakukan lokalisasi dan adaptasi agar sesuai dengan kebutuhan sepak bola di negerinya.

Jika kita melihat sejarah Japan Football Association (JFA) [PSSI-nya Jepang], kita akan melihat pengaruh dari Jerman, Inggris, Belanda, Brasil, Spanyol, Argentina, Prancis, Korea, Kroasia dan Serbia. Mereka tidak mencoba untuk meniru keseluruhan model negara-negara tersebut, tapi mereka menyaring sisi positif dan segala yang mereka butuhkan untuk membangun sepak bola di negaranya. (*/Top)

No More Posts Available.

No more pages to load.