Permasalahan Stunting Anak Singkawang dan Mimpi Bonus Demografi Indonesia Tahun 2045

by -1,633 views
pj wali kota singkawang memberikan bantuan bahan tambahan makanan
Pj Wali Kota Singkawang Sumastro memberikan bantuan bahan makanan tambahan bagi balita stunting di Posyandu Maya Karya Jalan Buduk Sebakuan Kelurahan Mayasopa Kecamatan Singkawang Timur, Rabu (15/02/2023). Foto: MC Singkawang

Singkawang, REAKTIFNEWS.COM

Permasalahan stunting atau anak kerdil di Singkawang saat ini patut menjadi bahan evaluasi dan perhatian berbagai pihak, terutama pemerintah sendiri.

Kabar baiknya di beberapa daerah Indonesia saat ini dan tahun 2022 lalu telah berhasil menekan persentase prevalensi stunting. Hingga prevalensi stunting  di Indonesia tahun lalu tercatat menurun sebesar 21,6% dibandingkan tahun 2021 sebesar 24,4%.

Hanya saja, nilai tersebut masih di atas ambang batas persentase prevalensi yang ditetapkan oleh WHO yaitu kurang dari 20%. Meskipun persentase di tahun 2022 menurun, namun pemerintah masih harus bekerja keras untuk menurunkan hingga di bawah 20%.

Dikutip dari website sehatnegeriku.kemkes.go.id, Presiden Joko Widodo menargetkan persentase prevalensi stunting di Indonesia menyentuh angka 14% di tahun 2024. Hal itu disampaikan Presiden Jokowi dalam Rapat Kerja Nasional BKKBN pada 25 Januari 2023 lalu.

“Oleh sebab itu target yang saya sampaikan 14% di tahun 2024. Ini harus bisa kita capai, saya yakin dengan kekuatan kita bersama semuanya bisa bergerak. Angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama,” ucap Jokowi.

Bahkan stunting juga sempat disinggung pada Pidato Kenegaraan dalam rangka memperingati Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2023 yang mana Presiden memamerkan keberhasilan penurunan stunting di tahun 2022. Penurunan angka stunting terus diupayakan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Harapannya produktivitas ekonomi meningkatan dan banyak terbuka lapangan baru.

Belum lama ini muncul di beberapa pemberitaan tanah air terkait anggaran dana stunting yang tidak digunakan semestinya. Banyak anggaran yang digunakan untuk rapat dan perjalanan dinas yang jumlahnya tidaklah sedikit.

Mencuatnya hal tersebut juga menandakan bahwa pemerintah tidak benar-benar serius dalam menangani permasalahan stunting di Indonesia. Bisa saja target prevalensi stunting sebesar 14% hanyalah mimpi belaka.

Di sisi lain, Indonesia akan menghadapi bonus demografi di tahun 2045 di mana jumlah penduduk usia produktif akan lebih besar dibandingkan usia non produktif. Jika permasalahan stunting tidak serius diatasi, dampak dari bonus demografi hanyalah pertambahan jumlah penduduk usia produktif tanpa ada hal positif yang dirasakan. Pahadal bonus demografi 2045 adalah momentun yang ditunggu dengan harapan peningkatan di sektor ekonomi dan terbukanya peluang tenaga kerja yang lebih besar.

Stunting tidak hanya kondisi fisik anak yang kecil, tetapi menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Di masa depan, dampak dari stunting adalah menurunnya kualitas sumberdaya manusia (SDM). Jika hal tersebut terjadi, bisa saja angka pengangguran dan kemiskinan akan semakin tinggi sehingga beban negara juga semakin besar. (top)

No More Posts Available.

No more pages to load.